Thursday, November 28, 2019

Keunikan Banyumas

     Tanah Ngapak merupakan daerah di Jawa Tengah, yang menggunakan bahasa Ngapak dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan sebagian besar wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menggunakan dialek dengan akhiran "o", di Tanah Ngapak justru menggunakan akhiran "a", dan jika mengucapkan huruf "k", maka akan dibaca dengan tebal dan jelas. Itulah mengapa orang jawa identik dengan cara bicaranya yang medhok.
     Selain bahasanya, Banyumas juga memiliki beragam budaya mulai dari tarian, adat kebiasaan ritual disana, makanan khas, hingga tempat wisata. Salah satunya disini adalah tarian Ebeg.



                        


     Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah Banyumasan. Varian dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal dengan nama kuda lumping, dan jaran kepang. Ada juga yang menamakannya jathilan (Yogyakarta) dan reog (Jawa Timur). Tarian ini menggunakan ebeg yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan
    Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki penari ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. Penari terdiri dari dua orang berperan sebagai penthul-tembem (penari topeng yang lebih sering melucu menggoda penonton), seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. 
    Jadi satu grup ebeg dapat beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg, kecuali penthul-tembem. Ebeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya memerlukan tempat yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman rumah. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 – 4 jam. Peralatan untuk gending pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Selain gendhing dan tarian, ada juga ubarampe (sesaji) yang selalu disediakan berupa: bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda, jajanan pasar, dan lain-lain. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung, eling-eling (cirebonan). 
     Yang unik, disaat saat kerasukan/mendem para pemainnya biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, bekatul, bara api, dan lain-lain, sehingga menunjukkan kekuatannya Satria. Demikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongsai a la Banyumas.

No comments:

Post a Comment